Sri Wahyuni: Pandangan Beliau Tentang IKN Dan Tempat Wajib Ketika Ke Kaltim
Pemprov Kalimantan Timur sukses menggelar Upacara HUT Kemerdekaan ke-79 RI di Ibu Kota Nusantara (IKN) pada 17 Agustus 2024 lalu. Salah satu sosok yang disibukkan dengan berbagai persiapan acara ini adalah Sekretaris Daerah Provinsi Kalimantan Timur, Sri Wahyuni.
Perempuan pertama yang menjadi Sekda Provinsi Kaltim ini harus memastikan lancarnya penyambutan tamu undangan dari Jakarta serta prosesi penyambutan Kirab Duplikat Bendera Pusaka. Demikian pula dengan informasi lengkap terkait akomodasi dan transportasi menuju IKN yang harus disiapkan Pemprov Kaltim untuk para tamu undangan.
Lahir pada 29 Desember 1970, Sri Wahyuni menghabiskan masa kecil hingga remajanya di Kalimantan Timur, tepatnya di kota kelahirannya Samarinda. Usai menamatkan pendidikan di SMA 1 Samarinda (1989), Sri kemudian melanjutkan ke Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN) yang sekarang dikenal dengan Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN).
Sri sempat mengikuti Sekolah Perwira Militer yang merupakan sekolah wajib bagi Praja STPDN. Lulus dari IPDN, Sri mengikuti sekolah militer di Sekolah Korps Wanita Angkatan Darat (Kowad) di Bandung (1992) dan menjadi Perwira Pertama Militer Kodim 0803/Madiun untuk kemudian diangkat sebagai Lurah Long Ikis di Kabupaten Paser (1994-1996).
Namun Sri merasa belum puas dengan capaian itu dan memutuskan melanjutkan pendidikan strata satu di Institut Ilmu Pemerintahan (IIP) Jakarta (1996) dan program magister di Australian National University (ANU) di Canberra, Australia (2006).
Setelah meraih gelar S-1, Sri mulai menapakkan karier di pemerintahan dengan menjadi Kepala Sub Bagian Tata Pemerintahan Desa di Setdakab Kutai Kartanegara (1999-2003). Berlanjut kemudian dengan posisi Kepala Bagian Humas dan Protokol Kabupaten Kutai Kartanegara (2006-2012).
Karier Sri makin menanjak saat berturut-turut menjadi Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kutai Kartanegara (2012-2016) dan Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Kutai Kartanegara (2016-2019) serta Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Kalimantan Timur (2019-2022).
Puncaknya adalah Ketika Sri dipercayakan menduduki jabatan Pimpinan Tinggi Madya di Provinsi Kalimantan Timur sebagai Sekretaris Daerah Provinsi Kalimantan Timur sejak 30 Maret 2022. Terakhir, Sri juga terpilih menjadi Ketua Umum Forum Sekretaris Daerah Seluruh Indonesia (Forsesdasi) untuk periode 2023-2026 sejak akhir tahun lalu.
Bisa ditebak, kesibukan betul-betul menyita waktu Sri. Seperti terbang ke sejumlah negara untuk memasarkan IKN atau potensi Kawasan lainnya di Kaltim. Yang tak kalah sibuk tentu saja persiapan Upacara HUT Kemerdekaan ke-79 RI di IKN pada 17 Agustus 2024 yang juga menjadi bagian tanggung jawab Sri.
Terakhir, Kaltim juga akan menjadi tuan rumah MTQ Nasional ke-30 pada September mendatang. Itu artinya, Sri dan timnya harus menjamu Presiden Joko Widodo sebanyak 2 kali dalam 2 kesematan berbeda dalam rentang Waktu hanya satu bulan, antara Agustus dan September 2024.
Lantas, apa saja persiapan yang dilakukan Pemprov Kaltim menjelang perhelatan MTQ Nasional ke-30 pada September mendatang?
- Sekda : Tak banyak publik yang paham apa sebenarnya kewenangan maupun kewajiban dari seorang Sekda
Kalau tugas-tugas untuk sekretaris daerah sebagaimana ketentuan yaitu untuk memberikan masukan-masukan, pertimbangan, melakukan koordinasi dengan perangkat daerah serta dengan non-government. Yang lainnya adalah menjalankan apa yang menjadi kebijakan dari pimpinan serta memberikan masukan.
Selain sebagai sekretaris daerah, saya juga mendapat mandat sebagai Ketua Umum Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran Kalimantan Timur. Jadi memang umumnya di daerah, sekretaris daerah itu didapuk juga untuk menjadi Ketua Umum Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran.
Saya menjadi Ketua Umum LPTQ itu baru tahun lalu ya. Jadi ada transisi dan baru dikukuhkan 2024, baru beberapa minggu yang lalu, tetapi secara kelembagaan kita sudah bekerja, terlebih sejak Kaltim ditetapkan menjadi tuan rumah MTQ Nasional ke-30.
- Ada pandangan yang mengatakan bahwa sekretaris daerah adalah orang kedua di sebuah wilayah setelah gubernur, wali kota ataupun bupati. Bagaimana menurut Ibu?
Iya, memang orang kedua atau ketiga setelah wakil gubernur ya. Nah, posisi kita memang menjadi pimpinan tertinggi untuk birokrat, ASN. Jadi ini kan jabatan karier kalau untuk sekretaris daerah. Nah, dalam tugas kedinasan kita berkoordinasi, konsultasi dengan pimpinan. Jadi kita ke atas, ke bawah, ke samping juga dengan stakeholder.
- Kita berali sedikit, apakah melanjutkan pendidikan ke STPDN merupakan keinginan Ibu atau orangtua? Apa sebenarnya cita-cita Ibu?
Saya sebagai putra daerah ya sejak kecil menginginkan hal-hal baru, senang melihat dunia luar. Dulu saya melihat teman-teman yang SMP atau SMA itu punya kemampuan untuk studinya lanjut di Pulau Jawa. Jadi untuk mendekati kampus-kampus yang primadona itu, kampus-kampus nasional yang punya peringkat tinggi, mereka SMA-nya sudah ke Pulau Jawa gitu?
Nah, sementara kebetulan waktu itu orangtua sudah pensiun, kakak saya masih kuliah. Nah, awalnya saya kuliah di Universitas Mulawarman, tapi ketika ada pilihan, saya ingin ke luar daerah untuk studi. Tapi mencari sekolah yang kedinasan.
Jadi ketika pilihannya ada, waktu itu namanya APD Nasional, saya tinggalkan jaket kuning di Unmul waktu itu di Samarinda, baru dua minggu kuliah saya tinggalkan.
- Jadi memang cita-citanya mau menjabat di pemerintahan ya, Bu?
Ya untuk lulusan Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri yang sekarang jadi IPDN, kariernya kan memang di birokrat pemerintahan ya. Itu kita jalani, yang namanya ruang bidang pekerjaan ya harus kita lakukan.
Sebelumnya tak pernah terbayang sih, tiba-tiba mengalir gitu ya. Dulu seperti anak kecil yang lain, zaman dulu kan kita populer mau menjadi insinyur, jadi saya pun sebenarnya jurusan fisika A1, tapi tidak ngambil ke teknik sipil, ngambilnya ke pertanian karena kan lulusannya jadi insinyur gitu.
Tapi karena saya ingin menambah wawasan melalui sekolah kedinasan dan ada potensi sekolah keluar dari Pulau Kalimantan, dari daerah hanya di bidang sosial ini kan. Setelah saya jalani ini memang tantangan dan peluangnya luar biasa. Saya jadi banyak mengenal, jadi mengenal nusantara, teman dari semua daerah, mengenal daerah lain.
Saya juga sempat ikut wajib militer angkatan pertama, jadi banyak hal yang membuka wawasan kita. Ketika kita kembali ke daerah itu juga kita jadi lebih punya tantangan, peluang untuk membesarkan daerah kita. Apa yang kita dapat dari luar, kenapa tidak bisa terapkan di daerah kita.